Minggu, 22 Mei 2011

Tes dalam Psikologi

Istilah tes telah sedemikian populernya di Indonesia. Boleh dikatakan setiap orang pernah mendengar, membicarakan, atau bahkan mengalami pengukuran suatu tes dalam situasi dan keperluan yang berbeda. Tetapi apakah sebenarnya tes itu? Kiranya tidak banyak orang yang dapat menjelaskan secara baik dan lengkap.

Bila dilihat dari wujud fisiknya, suatu tes tidak lain dari sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab atau tugas yang harus dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis  tertentu berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan atau cara dan hasil subyek melakukan tugasnya.

Penjelasan ini mungkin terlalu sederhana, karena pada kenyataannya tidak sembarang kumpulan pertanyaan cukup berharga untuk dinamakan suatu alat tes. Banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar pertanyaan itu dapat dinamai suatu alat tes.

Anne Anastasi (1976) mengatakan bahwa tes pada dasarnya adalah suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel perilaku. Brown (1976) mengatakan bahwa tes adalah suatu prosedur yang sistematis guna mengukur sample perilaku seseorang. Nampaknya Brown menganggap bahwa cirri sistematis tersebut telah mencakup pengertian obyektif, standar, dan syarat-syarat kualitas lainnya.

Definisi yang lebih lengkap dapat dikutipkan langsung dari pendapat Cronbach yang dikemukakan dalam bukunya Essentials of psychological Testing, yaitu: “….a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or a category system” (Cronbach, 1970).

Dari batasan-batasan mengenai tes tersebut diatas, dapatlah kita tarik kesimpulan pengertian, antara lain:
1. Tes adalah prosedur yang sistematis, artinya (a) item-item dalam tes disusun dengan cara dan aturan te rtentu, (b) prosedur administrasi dan pemberian angka (skoring) tes harus jelas dan dispesifikasikan secara terperinci, dan (c) setiap orang yang mengambil tes tersebut harus mendapat item-item yang sama dan dalam kondisi yang sebanding.
2. Tes yang berisi sampel perilaku, artinya (a) betapapun panjangnya suatu tes isi yang tercangkup didalamnya tidak akan lebih dari seluruh item yang mungkin ada, dan (b) kelayakan suatu tes tergantung pada sejauh mana item-item di dalam tes itu mewakili secara representatif kawasan (domain) perilaku yang diukur.
3. Tes mengukur perilaku, artinya item-item dalam tes menghendaki subyek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang telah dipelajari subyek dengan cara menjawab item-item atau mengerjakan tugas-tugas yang dikehendaki oleh tes.

Sedangkan beberapa hal yang tidak tercangkup dalam batasan tes adalah:
1. Tes tidak memberi spesifikasi formatnya, artinya tes dapat disusun dlaam berbagai bentuk dan tipe sesuai dengan tujuan dan maksud diadakannya tes.
2. Tes tidak membatasi isi yang dapat dicangkupnya, artinya tes dapat melakukan fungsi ukur terhadap hasil belajar, abilitas, kamampuan khusus atau bakat, intelegensi, dan sebagainya sesuai dengan untuk apa tes itu dibuat.
3. Subyek yang dikenai tes idak selalu perlu dan harus tahu kalau ia sedang dikenai suatu tes, lebih lanjut, subyek tidak selalu perlu tahu aspek psikologis apa yang sedang diukur dari dirinya.

Daftar Pustaka
Azwar, Saifuddin. 1987. Test Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Liberty
Taken from: Google

Tidak ada komentar:

Posting Komentar